Secara Etimologis, Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa
Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Sejauh ini memang belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal
sehingga pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih memiliki banyak
perbedaan.
Menurut Hilman:
Manajemen adalah fungsi
untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut
Ricky W. Griffin:
Manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.
1.1 Manajemen Sebagai Ilmu
Dan Sebagai Seni
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa
disebut demikian, sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen
sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah
diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan
tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang
diujudkan dalam bentuk suatu teori.
Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang
bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kkerja sama dengan orang lain,
nah bagaimana cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya
kegiatan manusia pada umumnya adalah managing ( mengatur ) untuk mengatur
disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk
mencapai tujuan bersama.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa Manajemen
memiliki definisi sebagai ilmu dan seni ( Pengertian Manajemen Point B ) maksud
dari Manajemen sebagai Ilmu dan seni adalah bahwa Manajemen itu sendiri
memandang di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama yang baik dengan
orang lain atau dengan kata lain cara bagaimana untuk membuat seseorang untuk
dapat diajak bekerjasama dalam menjalankan suatu aktivitas atau kegiatan yang
terorganisir,seni dalam Manajemen itu sendiri adalah membentuk (make) atau
menciptakan (create) manusia yang lebih efektif dari yang sudah dan sedang
mereka lakukan tanpa anda sendiri.
Menurut Mary Parker Follet manajemen
adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain.
Definisi dari Mary Parker Follet ini
mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja
yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu
oleh dirinya sendiri,karena pada dasarnya bahwa manusia itu adalah makhluk
sosial dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan atau campur tangan dari
orang lain,itulah yang coba dipaparkan
bahwa Manajemen juga berperan sebagai suatu Ilmu dan seni.
2. Manajemen dan manajer
2.1 Tingkatan Manajemen
1. Manajemen
Puncak (Top Management).
Manajer
bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan
manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,
direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah
konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk
dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.
2. Manajemen Menengah (Middle Management).
2. Manajemen Menengah (Middle Management).
Manajemen
menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian
untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer
bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan.
Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen
Bawah/Lini (Low Management).
Manager
bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para
manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu
keahlian teknis, artinya keahlian yahng
mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal:
supervisor/pengawas produksi, mandor.
2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen
1.Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan
suatu fungsi manajemen yang paling utama. Pada urut-urutan kegiatan,
perencanaan merupakan awal kegiatan. Fungsi yang lain akan bekerja setelah
diberi arahan oleh bagian perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan merupakan
proses dasar manajemen untuk menentukan tujuan dan langkah-langkah yang harus
dilakukan agar tujuan dapat tercapai.
a) Pertanyaan mendasar
pada perencanaan
Umumnya, dalam suatu
perencanaan seorang manajer atau pengambil keputusan akan memulai dengan
menjawab pertanyaan 5W dan 1H
What.
Why.
Where.
When.
Who.
How.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian diartikan
sebagai keseluruhan proses mengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan
yang dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan.
Pengorganisasian merupakan
langkah kedua fungsi manajemen. Hasil pengorganisasian adalah suatu situasi di
mana organisasi dapat digerakkan menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
3) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan atau tindakan adalah
suatu fungsi manajemen untuk menggerakkan orang-orang agar bekerja sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak orang mengambil kesimpulan bahwa
fungsi manajemen pelaksanaan merupakan fungsi yang paling penting karena
berhubungan dengan sumber daya manusia. Pimpinan organisasi harus dapat member
motivasi sehingga setiap orang mau bekerja sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan.
Untuk menggerakkan orang
bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab seperti kata pepatah, “rambut sama hitam
tetapi jalan pikiran berbeda-beda”. Maksudnya, seseorang tidak bisa menebak
secara pasti apa yang menjadi kemauan dan keinginan orang lain
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan fungsi yang
penting pada suatu organisasi. Pengawasan bukan merupakan keinginan untuk
mencari-cari kesalahan. Pengawasan merupakan tugas untuk mengoreksi kesalahan
yang terjadi demi tercapainya tujuan organisasi. Henry Fayol dalam bukunya
General Industrial Management mendefinisikan pengawasan sebagai tindakan
meneliti apakah segala sesuatunya telah tercapai atau berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Secara umum, tujuan dari
pengawasan adalah memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana, mencegah adanya
kesalahan, menciptakan kondisi agar karyawan bertanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan, mengadakan koreksi terhadap kegagalan yang timbul, dan
memberi jalan keluar atas suatu kesalahan.
2.3 Keterampilan Manajerial
Dalam melaksanakan tugas manajerial sehari-hari yang
menjadi tanggung jawab supervisor yakni:
- merencanakan kegiatan
- mengatur kegiatan
- mengarahkan anak buah
- mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak buah, serta
- melaksnakan monitoring,
seorang supervisor memerlukan keterampilan manajerial (managerial skills)
yang meliputi:
- Keterampilan Teknis (Technical skills)
- Keterampilan menjalin hubungan (Human Relation skills)
- Keterampilan berpikir dan membangun konsep (Conceptual skills)
Keterampilan teknis berkaitan dengan keterampilan kerja yang diperlukan
dalam kegiatan produksi. Pengalaman kerja, kecakapan kerja, penguasaan
kecakapan teknis yang berkaitan dengan pekerjaan, dn kemampun memberikan
bimbingan teknis adalah hal-hal yang tercakup dalam keterampilan teknis.
Keterampilan menjalin hubungan berkaitan dengan kemampuan supervisor
melaksanakan komunikasi lisan dengan pimpinan diatasnya, teman sejawat
supervisor, dan anak buah yang dipimpinnya. Kecakapan supervisor dalam
mengemukakan pendapat secara jelas dan luwes, meyakinkan pendapat,
bernegosiasi, menyimpulkan pendapat, menengahi perbedaan pendapat serta menjual
ide merupakan hal-hal yang berkaitan dengan Keterampilan Menjalin Hubungan
(Human Relation).
Keterampilan berpikir dan membangun konsep merupakan keterampilan yang
berkaitan dengan kecakapan dalam mengkombinasikan antara informasi,
perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) kerja, kejadian/pengalaman
masa lalu dengan situasi saat ini atau yang akan datang untuk selanjutnya
diintegrasikan ke dalam pikiran sebagai bahan pengambilan keputusan dan
penentuan sikap.
3. Evolusi Teori Manajemen
3.1 Teori Manajemen Klasik.
Prinsip Teori Manajemen Aliran
Klasik .Awal sekali ilmu manajemen timbul akibat terjadinya revolusi industri
di Inggris pada abad 18. Para pemikir tersebut rnemberikan perhatian terhadap
masalah-masalah manajemen yang timbul baik itu di kalangan usahawan, industri
maupun masyarakat. Para pemikir itu yang terkenaI antara lain, Robert Owen,
Henry Fayol, Frederick W. Taylor dan lainnya.
• Robert Owen (1771 -1858)
Robert Owen adalah orang yang
menentang praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun dan
standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi kerja yang amat
menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan terhadap kondisi kerja ini.
Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja dianggap instrumen
yang tidak berdaya, Owen melihat rneningkatkan kondisi kerja di pabrik,
rnenaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan,
menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk menjual
keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha memperbaiki
lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun rumah-rumah dan
membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi menarik. Sebab
itu, beliau disebut " : Bapak Personal Manajemen Modern".
Selain itu, Owen lebih banyak memperhatikan pekerja, karena menurutnya,
investasi yang penting bagi manajer adalah sumber daya manusia. Selain mengenai
perbaikan kondisi kerja, beliau juga rnembuat prosedur untuk meningkatkan
produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga secara
terbuka.
• Henry Fayol (1841 -1925)
Pada tahun 1916, dengan sebutan
teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik dan
pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang kompleks,
sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh dalam
bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya
ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode
manajemen yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang
manajemen yang bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu
keterampilan yang dapat diajarkan dari dipahami prinsip-prinsip pokok dan teori
umumnya yang telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke
dalam 6 macam kegiatan :
a) Teknis (produksi) yaitu
berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.
b) Dagang (Beli, Jual,
Pertukaran) dengan tara mengadakan pembelian bahan mentah dan menjual hasil
produksi.
c) Keuangan (pencarian dan
penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan dan menggunakan modal.
d) Keamanan (perlindungan harga
milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan barang-barang kekayaan
perusahaan.
e) Akuntansi dengan adanya
pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai
data statistik.
Manajemen Klasik :
1. Pengembangan manajemen di
lakukan oleh teoritis.
2. Investasi terbesar adalah
karyawan
3. Tenaga kerja di beri
pelatihan keterampilan sesuai operasi pabrik.
4. Karyawan bertanggung jawab
atas pekerjaan tertentu yang berulang.
5. Adanya skema pembagian
keuntungan.
3.2. Teori Prilaku
Tiga dekade, dimulai pada
permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi
oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi
mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner
untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku
tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti
kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen
laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin
mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya
penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah bahwa para
pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi prilaku yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind bagi dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat keseluruhan. Pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik semua golongan, termasuk pemimpin negeri ini.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi prilaku yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind bagi dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat keseluruhan. Pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik semua golongan, termasuk pemimpin negeri ini.
3.3 Teori Kuantitatif (Riset Operasi dan Ilmu Manajemen)
Pendekatan kuantitatif adalah
penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model
informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil
keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk
membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya analisis jalur kritis
(Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang
lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (Economic Order Quantity Model)
membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul
dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer
selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan
statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu
diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang
dijuluki “Whiz Kids”. Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company
pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif
untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford. Ditandai dengan perkembangan
tim-tim riset Operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri, sejalan dengan
perkembangan dunia teknologi, prosedur-prosedur riset operasional kemudian
diformulasikan dan disebut dengan aliran Management Science.
Langkah-langkah pendekatan
Management Science adalah sebagai berikut :
1. Perumusan maslah
1. Perumusan maslah
2. Penyusunan suatu model
matematis
3. Mendekatkan penyelesaian dari
model
4. Pengujian model dan hasil
yang didapatkan dari model
5. Penetapan pengawasan atas
hasil-hasil
6. Pelaksanaan hasil dalam
kegiatan implementasi
3.4 Evolusi Teori Manajemen
Perkembangan teori manajemen
pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula Belum
ada suatu teori yang bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan hukum bagi
manajemen yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Para
manajemen banyak mengalami dan menjumpai pandangan-pandangan berbeda tentang
manajemen, yang berbeda adalah dalam penerapannya. Dimana setiap pandangan
hanya dapat diterapkan dalam berbagai masalah yang berbeda pula, sedangkan
untuk masalah-masalah yang sama belum tentu dapat diterapkan.
Ada tiga teori pemikiran
manajemen yaitu :
A. Teori Manajemen Klasik
Ada dua tokoh yang mengawali
munculnya manajemen, yaitu :
1. Robert Owen ( 1971 – 1858 )
2. Charles Babbage ( 1792 – 1871
)
Charles Babbage adalah seorang
Profesor Matemátika dari Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang
manajemen. Perhatiannya diarahkan dalam hal pembagian kerja (Devision of
Labour), yang mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
• Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
• Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga akan menghambat kemajuan dan keterampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
•Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
• Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
• Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga akan menghambat kemajuan dan keterampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
•Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
•Adanya perhatian pada
pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada
itu-itu saja.
B. Teori Manajemen Ilmiah.
Tokoh-tokoh dari teori manajemen
ilmiah antara lain :
1. Frederick Winslow Taylor
Dari hasil penelitian dan
analisanya Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific
Management, yaitu :
• Menghilangkan sistem coba-coba
dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
• Memilih pekerjaan terbaik
untuk setiap tugas tertentu selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan
kepada pekerja.
• Setiap petugas harus
menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan didalam menjalankan tugasnya.
• Harus dijalin kerja sama yang
baik antara pimpinan dan pekerja.
2. Frank Bunker Gilbreth dan
Lilian Gilbreth ( 1868 – 1924 dan 1878 – 1917 ).
3. Hendry Laurance Gantt ( 1861
– 1919 )
Hendry merupakan asisten dari
Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan. Adapun gagasan yang
dicetuskannya adalah :
• Kerjasama yang saling
menguntungkan antara manager dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama.
• Mengadakan seleksi ilmiah
terhadap tenaga kerja.
• Pembayar upah pegawai dengan
menggunakan sistem bonus.
• Penggunaan instruksi kerja
yang terperinci.
4. Harrington Emerson ( 1853 –
1931 )
C. Teori Organisasi Klasik
Tokoh-tokoh teori organisasi
klasik antara lain yaitu :
1. Hanry Fayol ( 1841 – 1925 )
Fayol selanjutnya membagi enam
kegiatan manajemen yaitu :
• teknik produksi dan manufakturing
produk,
• Komersial
• Keuangan
• Keamanan
• Akuntansi dan
• Manajeria.
Hendry Fayol juga mengemukakan
14 prinsip manajemen yaitu :
• Devision of work
• Uathority and Responsibility
• Dicipline
• Unity of Command
• Unity of Direction
• Subordination of Individual
Interst to Generale Interest
• Renumeration
• Centralization
• Scalar Chain ( garis wewenang
)
• Order
• Equty
• Stability of Tonure of
Personel
• Initiative
• Esprit the Corps
D. Teori Hubungan Manusiawi (
Neo Klasik )
Aliran ini timbul karena
pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi dalam produksi dan
keselarasan kerja. Tokoh-tokoh aliran hubungan manusiawi antara lain :
1. Hugo Munsterberg ( 1863 –
1916 )
2. Elton Mayo ( 1880 – 1949 )
E. Teori Hubungan Modern ( Ilmu
Pengetahuan ) Teori Perilaku
Dalam pengembangannya dibagi
menjadi dua, pertama aliran hubungan manusiawi ( perilaku organisasi ) dan
kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau manajemen operasi.
Tokoh aliran perilaku organisasi yaitu :
Tokoh aliran perilaku organisasi yaitu :
1. Douglas McGregor yang
terkenal dengan teori X dan teori Y.
2. Frederick Herzberg terkenal
dengan teori motivasi higenis atau teori dua factor.
3. Chris Argiris mengatakan bahwa organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.
3. Chris Argiris mengatakan bahwa organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.
4. Edgar Schein dinamika
kelompok dalam organisasi.
5. Abhraham Maslow mengemukakan
tentang hirarki kebutuhan tentang perilaku manusia dan dinamika proses.
6. Robert Blak dan Jane mounton
mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial ( managerial
grid ).
7. Rensislikert mengemukakan
empat sistem manajemen dari sistem 1.explotatif, otoritatif sampai sistem 4.
partisiatif kelompok.
8. Fred Feidler menerapkan
pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.
4. MANAJEMEN DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL
4.1 Manajemen dan Lingkungan
Eksternal
- Definisi Lingkungan
Eksternal
Lingkungan eksternal atau
lingkungan yang berada di luar organisasi saling mempertukarkan sumber dayanya
dengan organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain. Organisasi
mendapatkan input (bahan baku, uang, tenaga kerja) dari lingkungan eksternal,
kemudian ditransformasikan menjadi produk dan jasa sebagai output bagi
lingkungan eksternal. Definisi lingkungan eksternal adalah sebagi berikut:
· Lingkungan eksternal
adalah semua kejadian di luar perusahaan yang memiliki potensi untuk
mempengaruhi perusahaan (Chuck Williams, 2001:51).
· Lingkungan eksternal
terdiri dari unsur-unsur di luar perusahaan yang sebagian besar tak dapat
dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer (T.Hani
Handoko, 1999:62).
· Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar suatu organisasi, yang relevan pada kegiatan organisasi itu (James A.F. Stoner,1996:66)
Lingkungan eksternal juga dapat dibagi menjadi dua unsur, antara lain:
Menurut James A.F. Stoner:
· Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar suatu organisasi, yang relevan pada kegiatan organisasi itu (James A.F. Stoner,1996:66)
Lingkungan eksternal juga dapat dibagi menjadi dua unsur, antara lain:
Menurut James A.F. Stoner:
1. Unsur-unsur tindakan
langsung (direct action)
2. Unsur-unsur tindakan
tak langsung (indirect action)
Menurut T. Hani Handoko:
1. Lingkungan ekstern
mikro
2. Lingkungan ekstern makro
Menurut Chuck Williams:
1. Lingkungan khusus
2. Lingkungan umum
3. Lingkungan yang berubah
Dari ketiga pendapat
tersebut sebenarnya mempunyai pengertian yang sama dalam pembagiannya, hanya
Chuck Williams yang menambahkannya dengan point ketiga ‘Lingkungan yang
berubah’. Jadi, Lingkungan eksternal itu terbagi menjadi:
1. Lingkungan ekstern mikro (unsur-unsur tindakan langsung atau Lingkungan khusus)
2. Lingkungan ekstern makro (unsur-unsur tindakan tak langsung atau Lingkungan umum)
4.2 Faktor-faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro
1. Lingkungan ekstern mikro (unsur-unsur tindakan langsung atau Lingkungan khusus)
2. Lingkungan ekstern makro (unsur-unsur tindakan tak langsung atau Lingkungan umum)
4.2 Faktor-faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro
B. Faktor Lingkungan
Eksternal
Lingkungan ekstern atau
eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar organisasi, dimana
unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh
manajer, disamping itu juga akan mempengaruhi manajer di dalam pengambilan
keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi
contohnya yaitu perubahan perekonomian, peraturan pemerintah, perilaku konsumen
atau masyarakat, perkembangan teknologi, politik dan lain sebagainya.
Lingkungan eksternal
dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. 1. Lingkungan
eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
kegiatan manajemen. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh
tidak langsung.
C. Organisasi Dan
Lingkungan
Setiap manajer dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dalam pengambilan keputusan. Keputusan
yang diambil tergantung pada bentuk dan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi,
disamping itu keputusan juga dipengaruhi oleh dimana seorang manajer duduk
dalam posisinya.
Manajer dan organisasi
memberikan tanggapan terhadap lingkungan eksternal, baik melalui pengaruh
lingkungan yang bersifat mikro, prediksi maupun lingkungan yang bersifat makro,
disamping itu juga bisa melalui perencanaan, perancangan organisasi dan
lingkungan itu sendiri.
D. Tanggung Jawab Soal Manajer
D. Tanggung Jawab Soal Manajer
Perubahan konsep
manajerial dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Seorang manajer
mempunyai tanggung jawab social atas keputusan-keputusan yang diambil, mengapa
dikatakan demikian karena mempengaruhi dalam pencapaian tujuan organisasi baik
dalam jangka panjang maupun dalam jangka panjang, disamping itu juga menyangkut
hajat hidup orang banyak yang kesemuanya menggantungkan dirinya kepada
organisasi tersebut (ini kalau dilihat dari segi dimana seseorang bekerja).
Atas dasar ini maka seorang manajer dituntut untuk dapat mengimplementasikan
etika berusaha (the ethics of manager). Ada lima faktor yang mempengaruhi
keputusan manajer dalam etika berusaha ini, yaitu hukum; peraturan-peraturan
pemerintah termasuk di dalamnya undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah;
kode etik industri dan perusahaan tekanan-tekanan sosial; tegangan antar
standar perorangan dan kebutuhan organisasi
4.3 Tanggung jawab sosial
manajer
Societal Ethics
Adalah standar-standar
yang mengatur tentang bagaimana anggota masyarakat harus berhubungan dengan
yang lainnya, termasuk mengatur masalah-masalah tentang keadilan, kejujuran,
kemiskinan, dan hak-hak individu. Societal Ethics berasal dari Society’s Law,
kebiasaan-kebiasaan, dan nilai atau norma yang tidak tertulis.
Occupational Ethics atau
Etika Profesi
Adalah standar-standar
yang mengatur tentang bagaimana anggota suatu profesi, perdagangan, atau
keahlian harus bertindak atau bertingkah laku ketika melaksanakan pekerjaannya.
Contohnya medical ethics, mengatur bagaimana dokter dan perawat harus menangani
pasiennya. Contoh lainnya adalah etika untuk pengacara, peneliti, dan akuntan.
Organisasi profesi yang besar dapat menjatuhkan hukuman untuk pelanggaran kode
etik.
Individual Ethics
Adalah standar-standar
yang mengatur tentang bagaimana orang melihat tanggung jawabnya terhadap orang
lain dan bagaimana mereka harus bertindak dalam situasi dimana kepentingan
pribadinya dipertaruhkan. Individual ethic dipengaruhi oleh keluarga, teman
sebaya, dan didikan secara umum. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama
hidup sebagai anggota masyarakat juga memberi kontribusi dalam pembentukan
standar nilai yang digunakan untuk mengevaluasi dan memutuskan apa yang benar
dan salah.
Organizational Ethics
Adalah petunjuk praktis
untuk perusahaan dan manajernya tentang bagaimana mereka harus bertanggung
jawab terhadap stakeholdernya. Etika individu dari pendiri perusahaan dan top
manajernya sangat penting dalam pembentukan kode etik organisasi. Top manajer
memainkan peranan penting dalam menetapkan etika perusahaan. Kadang-kadang
bawahannya melakukan tindakan yang tidak etis karena mereka mendapatkan tekanan
dari atasannya, atau mereka melakukan itu karena melihat atasannya juga
melakukan hal yang tidak etis dan tidak mendapat sanksi.
Pendekatan-pendekatan
untuk tanggung jawab sosial:
Tanggung jawab sosial
adalah tanggung jawab manajer perusahaan dan karyawan untuk membuat
keputusan-keputusan yang melindungi, meningkatkan kesejahteraan, dan kemakmuran
stakeholder dan seluruh masyarakat. Kalau tidak ada undang-undang atau hukum
yang secara spesifik mengatur bagaimana perusahaan harus bertindak terhadap
stakeholder, manajer harus menetapkan apa yang harus dilakukan, yang benar,
etis, dan bertanggung jawab secara sosial.
Contoh-contoh perilaku
yang menunjukkan tanggung jawab sosial:
1. Menyediakan pemotongan pembayaran untuk membantu para pekerja yang diberhentikan, sehingga mencukupi sampai mereka dapat menemukan pekerjaan lain.
2. Menyediakan peluang kepada para pekerja untuk meningkatkan ketrampilan-ketrampilan mereka dan memperoleh pendidikan tambahan sehingga mereka dapat lebih produktif dan tidak menjadi tertinggal karena perubahan-perubahan di dalam teknologi.
3. Mengizinkan karyawan untuk cuti ketika mereka membutuhkan dan menyediakan pelayanan kesehatan serta dana pensiun yang bermanfaat bagi karyawan.
4. Berperan untuk memberikan derma atau dukungan pada berbagai aktivitas sosial di dalam kota atau kota-kota di mana mereka ditempatkan seperti membantu sekolah, beramal, dan sebagainya.
5. Memutuskan mengeluarkan dana untuk memperbaiki pabrik sehingga tidak menimbulkan polusi pada lingkungan.
1. Menyediakan pemotongan pembayaran untuk membantu para pekerja yang diberhentikan, sehingga mencukupi sampai mereka dapat menemukan pekerjaan lain.
2. Menyediakan peluang kepada para pekerja untuk meningkatkan ketrampilan-ketrampilan mereka dan memperoleh pendidikan tambahan sehingga mereka dapat lebih produktif dan tidak menjadi tertinggal karena perubahan-perubahan di dalam teknologi.
3. Mengizinkan karyawan untuk cuti ketika mereka membutuhkan dan menyediakan pelayanan kesehatan serta dana pensiun yang bermanfaat bagi karyawan.
4. Berperan untuk memberikan derma atau dukungan pada berbagai aktivitas sosial di dalam kota atau kota-kota di mana mereka ditempatkan seperti membantu sekolah, beramal, dan sebagainya.
5. Memutuskan mengeluarkan dana untuk memperbaiki pabrik sehingga tidak menimbulkan polusi pada lingkungan.
6. Memutuskan untuk
menanam modal dalam negara-negara miskin.
7. Memilih untuk membantu
negara-negara lemah atau miskin dengan mengembangkan suatu dasar ekonomi
sehingga dapat memperbaiki standar hidup.
Empat pendekatan berbeda
yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial
1. Obstructionist Approach
1. Obstructionist Approach
Perusahaan dan manajernya
memilih untuk tidak melakukan tindakan sesuai dengan tanggung jawab sosial dan
sebagai penggantinya melakukan tindakan-tindakan ilegal dan tidak etis.
2. Defensive Approach
Perusahaan dan manajernya
bertindak etis sebatas sesuai dengan hukum dan syarat-syarat legal. Masih ada
kemungkinan melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis.
3. Accommodative Approach
Perusahaan dan manajernya
bertindak etis dan sesuai hukum, mencoba menyeimbangkan antara kepentingan-kepentingan
stakeholder sesuai kebutuhan.
4. Proactive Approach
Perusahaan dan manajernya
secara aktif melakukan tanggung jawab sosialnya. Mereka mempelajari
kebutuhan-kebutuhan stakeholder yang berbeda-beda dan menggunakan sumber daya
organisasi untuk memenuhi kebutuhan stakeholder.
Mengapa harus memiliki
tanggung jawab social?
1. Dengan menunjukkan
tanggung jawab social, membantu perusahaan untuk memiliki reputasi yang baik.
Dengan reputasi yang baik dapat meningkatkan bisnis dan meningkatkan kemapuan untuk
memperoleh sumber daya dari stakeholder, meningkatkan keuntungan dan kemakmuran
pemegang saham.
2. Jika semua perusahaan
melakukan tanggung jawab sosial seperti menyediakan pengobatan, dana pension,
dan sebagainya, maka kualitas kehidupan akan meningkat, mengurangi kejahatan,
kemiskinan, dan tingkat penganguran akan relatif rendah.
The Rule of Organizational
Culture
Manajer berperan sangat
penting dalam membangun nilai-nilai dan standar dalam perusahaan. Manajer
menjadi model dalam bertingkah laku etis yang akan diikuti oleh karyawan di
bawahnya. Jika manajer bertindak tidak etis maka karyawan di bawahnya juga
tidak akan bertindak etis.
Ethics Ombudsman
Seorang manajer
bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan mengajarkan standar-standar etika
kepada semua karyawan dan memonitor kesesuaiannya dengan standar itu. Dengan
membuat budaya etis dalam organisasi, membuat seluruh anggota dapat melakukan
tindakan secara etis. Ethics Ombudsman dapat menjadi petunjuk ketika anggota
organisasi tidak yakin apakah tindakannya etis atau tidak.
Refrensi :
http://mobelos.blogspot.com/2013/12/pengertian-manajemen-definisi-manajemen.html
farhan24.blogspot.com/2011/11/manajemen-sebagai-ilmu-dan-seni.html
http://rajarayu.blogspot.com/2012/11/tingkatan-manajemen.html
http://belajarmanagement1.wordpress.com/fungsi-fungsi-manajemen/
sumber-kearifan.blogspot.com/2012/03/keterampilan-manajerial.html
http://yudistira378.wordpress.com/2012/11/15/evolusi-teori-manajemen/
http://adeelive.blogspot.com/2012/03/manajemen-dan-lingkungan-eksternal.html